✔ Model-Model Pembelajaran Pada Kurikulum 2013
Dalam pembelajaran kurikulum 2013 model pembelajaran sangat penting di terapkan dalam proses kegiatan berguru mengajar. Model pembelajaran yang dipilih dan dipakai oleh guru haruslah sempurna dan sesuai dengan materi pebelajaran serta huruf akseptor didik.
Sebelum mengetahui apa itu pengertian dari model pembelajaran maka alangkah baiknya kita memahami dulu pengertian pembelajaran dan pengertian model.
pembelajaran merupakan proses interaksi antara akseptor didik dengan pendidik dan sumber berguru dalam suatu lingkungan belajar. Dalam Permendikbud RI No.103 Tahun 2014 pasal 1 lebih terang menyatakan bahwa pembelajaran yaitu proses interaksi antarpeserta didik dan antara akseptor didik dengan pendidik dan sumber berguru pada suatu lingkungan berguru .
Dalam pembelajaran, siswa yaitu subjek yang aktif belajar. Tentu saja, guru juga memainkan peranan penting. Peran guru tersebut yaitu memilih, menetapkan, dan menata kegiatan-kegiatan (events) pembelajaran semoga efektif bagi proses berguru siswa. Untuk itulah guru harus merancang kegiatan pembelajaran (events of instruction) dengan baik, termasuk dalam memakai metode dan model pembelajaran yang tepat, semata-mata semoga proses berguru siswa berhasil.
Model merupakan kerangka konseptual. Sehingga dari klarifikasi antara pembelajaran dan model maka sanggup di simpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang dipakai sebagai pedoman atau yang melukiskan mekanisme yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman berguru untuk mencapai tujuan berguru tertentu.
Model pembelajaran sanggup berfungsi atau bermanfaat sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan acara pembelajaran.
Dalam kurikulum 2013 terdapat 4 jenis model pembelajaran yang di pesyaratkan untuk sanggup di terapkan dalam pembelajaran kurikulum 2013.
Ke empat jenis model pembelajaran tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Model Discovery Learning.
Model Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang menawarkan kesempatan kepada akseptor didik untuk mencari tahu wacana suatu permasalahan dan menemukan solusinya menurut kepada hasil pengolahan informasi yang dicari dan dikumpulkannya sendiri, sehingga akseptor didik mempunyai pengetahuan gres yang sanggup digunakannya dalam memecahkan kasus atau kasus yang relevan.
Tahapan – tahapan pada model pembelajaran Discovery Learning adalah sebagai berikut;
1) Stimulation (memberi stimulus).
Dapat di artikan sebagai guru menawarkan stimulan, utuk diamati akseptor didik semoga menerima pengalaman belajar, dan mengamati pengetahuan konseptual melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat gambar.
2) Problem Statement (mengidentifikasi masalah).
Problem Statement merupakan kegiatan akseptor didik dalam menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini akseptor didik diberikan pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah.
3) Data Collecting (mengumpulkan data).
Dapat di artikan sebagai Mencari dan mengumpulkan data/informasi yang sanggup dipakai untuk menemukan solusi pemecahan kasus yang dihadapi. Kegiatan ini juga akan melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta membiasakan akseptor didik untuk mencari atau merumuskan banyak sekali alternatif pemecahan masalah, kalau satu alternatif mengalami kegagalan.
4) Data Processing (mengolah data).
Dalam hal ini akseptor didik mencoba dan mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.
5) Verification (memverifikasi).
Peserta didik mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data melalui banyak sekali kegiatan, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.
6) Generalization (menyimpulkan).
Peserta didik digiring untuk menggeneralisasikan hasil kesimpulannya pada suatu insiden atau permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan ini juga sanggup melatih pengetahuan metakognisi akseptor didik.
2. Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning (PBL) merupakan Model pembelajaran yang bertujuan merangsang akseptor didik untuk berguru melalui banyak sekali permasalahan konkret dalam kehidupan sehari-hari, dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya, contohnya wacana pengaturan lalu-lintas. Permasalahan yang diajukan pada model PBL, bukanlah permasalahan “biasa” atau bukan sekedar “latihan” yang diberikan sesudah conoth-contoh soal disajikan. Permasalahan dalam PBL menuntut klarifikasi atas sebuah fenomena. Fokusnya yaitu bagaimana akseptor didik mengidentifikasi gosip pembelajaran sendiri untuk memecahkan masalah, dan materi maupun konsep yang relevan ditemukan oleh akseptor didik sendiri.
Tahapan – tahapan pada pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu sebagai berikut:
1) Mengorientasi akseptor didik pada masalah;
Tahap ini untuk memfokuskan akseptor didik mengamati kasus yang menjadi objek pembelajaran.
2) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran;
Pengorganisasian pembelajaran merupakan salah satu kegiatan dimana akseptor didik memberikan banyak sekali pertanyaan (atau menanya) terhadap kasus yang dikaji.
3) Membimbing penyelidikan berdikari dan kelompok;
Pada tahap ini akseptor didik melaksanakan percobaan untuk memperoleh data dalam rangka menjawab atau menuntaskan kasus yang dikaji.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya;
Peserta didik mengasosiasi data yang ditemukan dari percobaan dengan banyak sekali data lain dari banyak sekali sumber.
5) Analisis dan penilaian proses pemecahan masalah;
Setelah akseptor didik menerima balasan terhadap kasus yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi.
3. Project Based Learning (PjBL)
Model pembelajaran Project Based Learning merupakan Model pembelajaran yang bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada permasalahan kompleks yang dibutuhkan akseptor didik untuk memahami pembelajaran melalui investigasi, kerja sama dan eksperimen dalam menciptakan suatu proyek, serta mengintegrasikan banyak sekali subjek (materi) dalam kurikulum.
Tahapan –tahapan dalam dalam model pembelajaran project based learning yaitu sebagai berikut;
1) Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek.
Tahap ini sebagai langkah awal semoga akseptor didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.
2) Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah konkret menjawab pertanyaan yang ada, disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan.
3) Menyusun jadwal sebagai langkah konkret dari sebuah proyek.
Penjadwalan sangat penting semoga proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai dengan target.
4) Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek.
Guru melaksanakan monitoring terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek. Peserta didik mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan.
5) Menguji hasil, Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan banyak sekali data lain dari banyak sekali sumber.
6) Mengevaluasi kegiatan/pengalaman.
Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan sebagai contoh perbaikan untuk kiprah proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain.
4. Model Inquiry Learning
Model pembelajaran Inquiry Learning merupakan suatu kegiatan berguru yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan akseptor didik untuk mencari dan memeriksa secara sistemik, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka sanggup merumuskan sendiri penemuannya. Peserta didik harus sanggup mengumpulkan informasi tambahan, menciptakan hipotesis dan mengujinya. Peran guru selain sebagai selain sebagai pengarah dan pembimbing, guru menjadi sumber informasi data yang diperlukan.
Tahapan – tahapan pada model pembelajaran Inquiry Learning yaitu sebagai berikut;
1) Mengamati membuatkan fenomena alam yang akan menawarkan pengalaman berguru kepada akseptor didik bagaimana mengamati banyak sekali fakta atau fenomena.
2) Mengajukan pertanyaan wacana fenomena yang dihadapi untuk melatih akseptor didik mengeksplorasi fenomena melalui banyak sekali sumber.
3) Mengajukan dugaan atau kemungkinan balasan sanggup melatih akseptor didik dalam mengasosiasi atau melaksanakan kebijaksanaan sehat terhadap kemungkinan balasan dari pertanyaan yang diajukan.
4) Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan, sehingga akseptor didik sanggup memprediksi dugaan yang paling sempurna sebagai dasar untuk merumuskan suatu kesimpulan.
5) Merumuskan kesimpulan-kesimpulan menurut data yang telah diolah atau dianalisis, sehingga akseptor didik sanggup mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.
Ke empat model pembelajaran yang telah penulis jelaskan di atas merupakan model pembelajaran yang di harapkan sanggup di gunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 serta sesuai dengan model pembelajaran yang di harapakan dalam perkembangan kurun era 21.
Guru diharapkan sanggup menentukan model pembelajaran yang sempurna dalam penerapannya pada kegiatan pembelajaran sehingga akseptor didik akan merasa nyaman dan bahagia dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga tujuan pembelajaran sanggup terwujud sesuai dengan harapan.
Demikianlah klarifikasi yang penulis sanggup bagikan pada artikel kali ini semoga sanggup bermanfaat bagi dunia pendidikan dan jangan lupa kunjungi artikel-artikel lainnya dalam blog ini melalui link kherysuryawan.
Belum ada Komentar untuk "✔ Model-Model Pembelajaran Pada Kurikulum 2013"
Posting Komentar